Just me

Foto saya
banyak low disebutin.....

Puisi ku

telah kua untai

sepintas telihat pelangi..
saat kua rajut petak yang terbengkali..
dari retak kelabu massa lalu..

di ujung penantian sepi...
kau tadah rintik rinai doa..
dari bibir suci abdi sang maha..

kau untai tiap ratap nasehat..
kala beku menyusup ngilu..
dan saat jiwa rindu hangat..
kasih sayangmu membakar pilu

Disini..
dari retak-retak gelap silam
kutulis hatur kasih ,
ummi... abi...
terima kasih atas untaian kasih kehidupan ini...

Biarkan aku

Wahai mimpi..
Buwai aku dalam dekapmu..
hingga sejuk mengisi rongga keluh..

wahai karengga..
jngan usik lena_lena centiLku
lewat prosa_prosa dekiLmu..

Sendirilah duLu..
Lepas aq.. Lepassss..
sampai aq muak dalam bayangku..

Pergi.. Menjauhhhh..
hingga kau sadar..
Qt'rlahir sebagai insan..
Dan biarkan aku hidup sebagai manusia..

aku..

Aku bukan penyair..
Apalagi seorang pujangga..
aku tak mampu merangkai syair syair indah
atau puisi puisi bermakna..
bagiku..
kejujuran kata adalah syair dan puisi terindah..

Tulus hingga akhir...

Denting demi denting mendayu lirih dan lebut

sesekali melenakan kisah kenangan malang

tentang torehan tinta dan masih menyisahkan tanya

"benarkah hanya sebuah keraguan..??"


mungkin hingga di ujung hariku nanti

kau kan melihat ikhlasku

bersama kendaraan akhir

yang kan membuatmu takjub

dan tak ada lagi yang mampu melukis itu

kecuali 2 prasasti

di ujung kepala dan kaki ini

tapi pasti dapat kau lihat

sebuah ketulusan nan putih

seputih pembungkus diri

terkubur barsama akhir waktuku..

Hai bagas..!!

wahai bagas..
si tajuk hias blantika lirik
baru dekat tengah malam
lagumu tajubkan peraduan
selalu Menjemput Impian

wahai bagas.
saat ku cari Dinda dimana
bulan terseok-seok
oleng kembali ke senja
hingga Terpurukku Disini kembali

wahai bagas...
manyor sekarang semakin banyak
tapi banyak tak mengena
bahkan menukik ke minor

wahai bagas..
riakkanlah kembali blantika ini
ciptakan lena Negeri Impian
seperti kau lukis indahanya JOGJAKARTA

Terkenang.. (mataram)


Rudatmu dulu tersenyum
ampenanmu dulu tertawa
kala kaki ini menggapai tanahmu

masih terngiang suara rinjani..
saat ia menggemuruhkan titah..

"seroja telah tercabut dari vasnya
"tak perlu kau menjaganya..
"karena ia takkan memberi harum untukmu..
"maaf jika 24 akarNa telah membelenggumu..

menorehkan sebuah tetes benin..
menggores luka di ujung mimpi..

terkadang..
sunyi membawaku ke masa itu
tapi hanya sebuah kenangan..
hanya kenangan..
yang mungkin terkenang
tapi bukan untuk di ulang..